“Piring makan keluarga adalah ruang pertama perubahan. Lewat B2SA, kita memastikan makanan yang tersaji beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Ketika proses memasaknya menggunakan kompor induksi, kita menambahkan satu lapis nilai lebih bersih, presisi panas, dan praktis. Mari ibu-ibu, tunjukkan kreasi pangan lokal Banten yang dimasak dengan teknologi modern,” kata Tinawati.
Dalam kesempatan yang sama, General Manager PLN UID Banten, Muhammad Joharifin, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen PLN dalam mendukung program transisi energi di daerah.
“Electrifying Lifestyle Vaganza merupakan langkah nyata kami dalam mendorong masyarakat beralih ke peralatan listrik yang ramah lingkungan. Kompor induksi contohnya, memiliki efisiensi termal hingga 90 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan kompor gas,” jelas Joharifin.
Lebih lanjut, Joharifin menekankan dari segi biaya, kompor induksi bahkan lebih hemat. Untuk merebus satu liter air, kompor gas memerlukan biaya sekitar Rp170, sementara kompor induksi hanya sekitar Rp120. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya edukatif tetapi juga membuktikan bahwa gaya hidup hemat energi dan ramah lingkungan sangat mungkin diterapkan di tengah masyarakat.
“Kami siap mendukung program-program prioritas Pemprov Banten seperti Ketahanan Pangan, Sekolah Rakyat, hingga Swasembada Energi melalui berbagai inisiatif elektrifikasi,” tambahnya.
Acara lomba memasak ini juga menghadirkan olahan berbahan dasar jagung, salah satu komoditas unggulan Banten, sebagai simbol ketahanan pangan lokal yang dipadukan dengan teknologi bersih dan efisien. (red)